Konsumsi ganja atau marijuana telah menjadi topik yang sering diperbincangkan dalam masyarakat Indonesia. Banyak yang menganggap bahwa ganja adalah zat yang tidak berbahaya dan bahkan memiliki manfaat medis. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa konsumsi ganja dapat berdampak negatif pada kesehatan mental, terutama pada remaja.
Sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti dari Australia menemukan bahwa konsumsi ganja dapat meningkatkan risiko episode psikotik pada remaja. Episode psikotik adalah kondisi mental yang ditandai dengan gangguan persepsi, pikiran yang tidak teratur, dan hilangnya kontak dengan realitas. Risiko episode psikotik pada remaja yang menggunakan ganja ternyata dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan remaja yang tidak menggunakan ganja.
Hal ini disebabkan oleh kandungan zat aktif dalam ganja, yaitu tetrahydrocannabinol (THC), yang dapat mempengaruhi fungsi otak dan menyebabkan gangguan mental. Pada remaja yang sedang dalam masa perkembangan otak, penggunaan ganja dapat mengganggu proses pertumbuhan dan perkembangan otak, sehingga meningkatkan risiko terjadinya gangguan mental seperti episode psikotik.
Selain itu, konsumsi ganja juga dapat memicu munculnya gangguan mental lainnya seperti depresi, kecemasan, dan gangguan bipolar. Oleh karena itu, penting bagi para remaja untuk lebih waspada terhadap bahaya konsumsi ganja dan memilih untuk tidak mengonsumsinya demi menjaga kesehatan mental mereka.
Sebagai masyarakat Indonesia, kita perlu meningkatkan kesadaran akan bahaya konsumsi ganja, terutama pada kalangan remaja. Pemerintah juga perlu melakukan sosialisasi dan edukasi mengenai risiko penggunaan ganja agar para remaja dapat lebih bijak dalam mengambil keputusan terkait konsumsi zat tersebut. Kesehatan mental adalah aset berharga yang perlu dijaga dengan baik, dan menghindari konsumsi ganja adalah langkah yang penting untuk menjaga kesehatan mental kita.