Bogor, sebuah kota yang terletak di Provinsi Jawa Barat, dikenal dengan sebutan “Kota Hujan”. Julukan ini tidak datang begitu saja, melainkan memiliki sejarah yang menarik di baliknya.
Sejarah di balik julukan Bogor sebagai “Kota Hujan” bermula dari letak geografis kota ini. Bogor terletak di dataran tinggi dengan ketinggian antara 200-300 meter di atas permukaan laut. Kondisi ini membuat udara di Bogor menjadi sejuk dan lembab, ideal untuk pertumbuhan tanaman dan hutan yang subur. Selain itu, Bogor dikelilingi oleh pegunungan yang mempengaruhi pola cuaca di kota ini.
Salah satu faktor utama yang membuat Bogor menjadi kota yang sering turun hujan adalah adanya fenomena alam yang disebut sebagai “orografik precipitation”. Fenomena ini terjadi ketika angin membawa uap air dari Samudera Hindia menuju daratan, dan ketika angin tersebut melewati pegunungan Bogor, uap air tersebut terkondensasi dan turun sebagai hujan. Hal ini menjadikan Bogor sebagai salah satu kota dengan curah hujan tertinggi di Indonesia.
Selain faktor geografis, sejarah kolonial Belanda juga turut mempengaruhi julukan Bogor sebagai “Kota Hujan”. Pada masa penjajahan Belanda, Bogor menjadi tempat peristirahatan dan pusat penelitian bagi para pejabat kolonial. Mereka membangun kebun raya yang kini dikenal sebagai Kebun Raya Bogor, yang menjadi salah satu tempat wisata terkenal di kota ini. Kebun raya ini juga menjadi saksi bisu akan keindahan alam Bogor yang subur dan hujan.
Dengan sejarah dan faktor geografis yang mendukungnya, tidak heran jika Bogor dikenal sebagai “Kota Hujan”. Meskipun sering turun hujan, namun Bogor tetap menjadi destinasi wisata yang diminati oleh banyak orang. Keindahan alam dan keberagaman budaya di Bogor menjadikannya sebagai tempat yang menarik untuk dikunjungi. Sehingga, julukan “Kota Hujan” bukanlah hal yang mengganggu, melainkan menjadi daya tarik tersendiri bagi kota yang kaya akan sejarah dan keindahan alam ini.